Halaman

Rabu, 19 Agustus 2015

Grand Mosque in UAE


Masjid Termegah di UAE

           Sangat bertolak belakang dengan masjid Al Bidya, masjid Sheikh Zayed atau lebih dikenal dengan Grand mosque ini terlihat sangat megah dan modern. Inilah masjid terbesar di UAE yang menjadi kebanggaan warganya khusunya bagi warga Abu Dhabi dimana masjid ini berdiri. Masjid ini juga dibuka untuk para wisatawan yang sedang berkunjung ke Abu Dhabi maupun Dubai.

            Masjid yang namanya diambil dari nama pendiri negara UAE ini berdiri di atas lahan seluas 22.412 meter persegi atau setara dengan lima kali lapangan sepak bola. Sementara untuk  kapasitasnya, mampu menampung sekitar 41 ribu jamaah.  Maka tidak mengherankan jika masjid Sheikh Zayed ini disebut-sebut sebagai masjid ketiga terbesar setelah masjid Mekkah dan Madinah di Arab Saudi.



            Kemegahan masjid ini bisa dilihat dari warna emas yang hampir mendominasi setiap sudut bangunan. Eksterior bangunan adalah perpaduan antara warna emas dan putih, sedangkan interiornya warna emas mendominasi hampir seluruh ornamen bangunan. Sementara lantai dan ornamen dinding di buat dari marmer kelas satu dengan motif flora.



            Di dalam bangunan utama masjid terdapat lampu gantung yang berlapis emas dan berhias kristal Swarovski yang di klaim sebagai terbesar di dunia. Begitu juga dengan karpet tebal yang menutup lantai masjid konon di buat oleh para pengrajin ternama dari Timur Tengah dan menjadi karpet terbesar dan termahal di dunia.



            Masjid Sheikh Zayed memiliki sebanyak 82 kubah bergaya Maroko yang berhias batu pualam putih. Kubah utama masjid yang berdiameter 32,8 meter ini mempunyai ketinggian 85 meter. Sementara di keempat penjuru masjid berdiri menara dengan ketinggian 107 meter.

           Masjid yang memiliki lebih dari 1000 pilar ini benar-benar menjadi gambaran dari cita-cita awal Sheikh Zayed mendirikan negara UAE. Beliau bermimpi suatu saat UAE akan berkembang dari negara tradisional menjadi negara modern. Dan masjid Sheikh Zayed ini merupakan salah satu bangunan yang mencerminkan kemajuan UAE.

Selasa, 23 Juni 2015

Al Bidya, Masjid Tertua di UAE


            Masjid ini disebut masjid Al Bidya karena lokasinya yang terletak di desa Al Bidya. Al Bidya adalah sebuah desa kecil di balik pegunungan batu yang terdapat di  emirat Fujairah.  Desa ini memang agak terpencil yang terletak  35 kilometer utara pusat kota Fujairah. Sementara masjid Al Bidya sendiri  berdiri di punggung pegunungan batu dan menghadap ke pantai.
            Tidak ada catatan pasti yang menyertai pembangunan masjid ini. Bahkan sampai sekarang juga belum diketahui siapa yang mendirikan masjid di tengah gurun di atas pegunungan batu ini. Namun begitu para arkeolog telah dapat memastikan jika masjid Al Bidya dibangun pada tahun 1446. Sehingga dengan demikian masjid ini menjadi masjid tertua menurut catatan pemerintahan UAE.
           
Masjid Al Bidya


              Dilihat dari struktur dan desain bangunannya, masjid ini terbilang unik karena sangat berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya yang berdiri di seluruh penjuru UAE. Struktur masjid dibuat dari batu bata lempung dan bebatuan yang berasal dari laut yang diperkuat dengan lapisan plester putih yang sangat tebal. Sementara itu tidak ada pengecatan sebagai finishingnya, melainkan warna asli dari tanah lempung itu sendiri.
            Dari segi desain, masjid ini tidak memiliki menara kubah sebagaimana bangunan masjid pada umumnya. Masjid tua Al Bidya hanya memilki empat kubah runcing di atas atapnya . Keempat kubah tersebut masing-masing memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda.

Tampak kubah masjid

            Sementara terdapat satu pintu melengkung di bagian depan, terdapat pula beberapa celah angin-angin di ketiga sisi dindingnya yang sangat tebal. Celah angin berbentuk kotak kecil yang berfungsi sebagai sirkulasi udara inilah yang membuat udara di dalam masjid tetap terasa dingin. Namun untuk saat ini telah dipasang dua unit pendingin udara di dalam masjid Al Bidya.

Lubang angin di dinding masjid

            Di dalam masjid ini terdapat sebuah mihrab kecil yang menunjukkan arah Mekkah dan sebuah mimbar sederhana. Sampai saat ini penduduk sekitar masih menggunakan masjid ini untuk ibadah shalat Jumat. Sementara untuk hari-hari biasa, masjid seluas 50 meter persegi ini hanya di buka dari pukul 9 hingga 12 siang. Pengunjung tetap bisa melakukan ibadah pada jam buka tersebut.
            Masjid Al Bidya pernah mengalami restorasi atau pemugaran pada tahun 2003. Di halaman samping masjid juga sudah dibangun rumah imam masjid dan tempat berwudhu. Sementara sebagai pelengkap situs bersejarah, di belakang masjid, di atas bukit batu berdiri dua buah benteng yang di bangun bangsa Portugis pada 200 tahun yang lalu.

Minggu, 25 Agustus 2013

Dubai Miracle Garden

Pintu masuk Dubai Miracle Garden

Dubai Miracle Garden adalah areal seluas 72.000 meter persegi yang disediakan untuk memanjakan mata pengunjungnya dengan aneka bunga. Bisa kita bayangkan bagaimana lebih dari 45 juta bunga  tumbuh dalam satu kawasan yang tertata sangat apik. Bunga tumbuh di setiap sudut tempat dengan beralaskan rumput hijau di sekitarnya.

Tidak saja bunga yang ditata horizontal terhampar diatas tanah, namun berbagai bentuk tersaji pula dengan rangkaian bunga beraneka warna. Dari bentuk hati yang banyak di serbu pengunjung untuk sekedar mengabadikan kenangan. Bentuk lainnya juga tersebar seperti bentuk setengah lingkaran mirip iglo, rumah masyarakat yang tinggal di daerah kutub.

Rabu, 31 Juli 2013

Istana Gula-gula


Aneka lolipop

Permen, coklat, gula-gula dan sejenisnya adalah jajanan sepanjang masa. Dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua pasti senang dengan jajanan yang satu ini. Atau paling tidak pernah menyukainya di masa-masa tertentu. Karena dengan bertambahnya usia atau karena alasan kesehatan, beberapa orang terpaksa merelakan kenikmatan mengunyah makanan serba manis ini.

Dunia anak-anak


Jika anda sedang berkunjung ke Dubai, maka jangan lewatkan untuk menengok sejenak toko yang dipenuhi dengan permen ini. Aneka gula-gula dari rasa hingga warna yang beragam mampu menggugah mata para pengunjung. Ini adalah toko permen yang terbesar di Dubai.

Tabung aneka permen



Aneka coklat


Terletak di Dubai mal, tepatnya berada di sebelah Dubai aquarium, toko ini siap memanjakan pengunjung terutama anak-anak yang selalu identik dengan gula-gula. Toko seluas 929 meter pesegi  bernama “Candylicious” ini siap memberi pengalaman tak terlupakan saat berada dalam dunia gula-gula.
Candylicious, istana gula-gula


Kamis, 25 Juli 2013

Rombongan Umroh


Merantau ke Dubai ternyata tidak seseram yang aku bayangkan dulu, bahwa disini akan kesepian, jauh dari teman dan sebagainya. Dubai adalah kota kecil dan lebih dari seratus ribu orang Indonesia mengadu nasib di sini. Jadi, mana mungkin kesepian kalau teman setanah air banyak disini. Makan di rumah makan Indonesia ketemu kenalan, tetangga apartemen orang Indonesia bahkan tak jarang yang bertetangga kamar di satu apartemen.

Jadi bukan hal yang aneh jika di tempat-tempat umum seperti mal kita bertemu dengan saudara sebangsa. Namun suatu sore pengalamanku berbeda dengan biasanya.

Di sebuah jalan menuju Gold souq, pasar emas terbesar di Dubai, aku jalan beriringan dengan suami dan kedua putriku. Tiba-tiba aku mendengar seseorang bicara dengan logat yang sangat aku kenal.
Jalan di depan Gold souq 

Wong-wong nang endi kabeh, seh (orang-orang kemana semua)?” kata seseorang kepada temannya di sebelahku dengan dialek Surabaya. Keduanya memakai seragam batik warna hijau.
Nggoleki sopo, Mas ( mencari siapa, Mas)?” spontan suamiku menjawab. Meskipun asli dari Bali tapi suamiku sangat fasih berbahasa Jawa.

Kedua orang itu bengong memandang kami. Setelah bertanya-tanya, kami baru tahu jika mereka adalah rombongan umroh dari Surabaya yang sedang transit di Dubai. Senang rasanya bisa ngobrol dengan gaya Suroboyoan di tengah kota Dubai.

Lain lagi ketika kami selesai menyaksikan pertunjukan  air mancur menari di Dubai mal. Awalnya aku tidak memperhatikan rombongan orang yang berjalan di depanku. Sampai akhirnya suamiku membidikkan kameranya pada salah satu peserta  rombongan dan terbaca “Sari Ramada” di hijabnya.
Rombongan umroh di Dubai mal


Kudekati ibu yang berjalan paling belakang dan kusapa dalam bahasa Inggris karena aku belum yakin kalau mereka orang Indonesia. Awalnya si ibu diam saja memandangku. Tapi begitu aku nyebut kata Indonesia, dia langsung menjawab “iya” sambil tersenyum.
Kami sempat ngobrol-ngobrol sebentar dan ternyata mereka adalah rombongan umroh dari Jakarta.

Wah, Dubai semakin terkenal saja di Indonesia…